1 Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 143. Menerangkan tentang pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah dalam shalat, Allah tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Dia mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، إِلاَّ مَنْ أَبَى »، قَالُوا يَا رَسُولَ الله، وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ صلى الله عليه وسلم مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ أَبَى » رواه Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda “Semua umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang enggan”. Para Shahabat radhiallahu’anhum bertanya Siapakah yang enggan, wahai Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam? Beliau Shallallahu’alahi Wasallam bersabda “Barangsiapa yang menaatiku maka dia akan masuk Surga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka sungguh dialah yang enggan” yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan tingginya kemuliaan orang yang selalu menaati perintah dan mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam dalam semua ucapan dan perbuatan beliau Shallallahu’alahi Wasallam. Bahkan ini merupakan sebab utama meraih kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kedudukan mulia di sisi-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}“Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah sunnah/petunjukku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS Ali Imran31.Imam Ibnu Katsir berkata “Ayat yang mulia ini merupakan hakim pemutus perkara bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam, maka dia adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti syariat dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alahi Wasallam dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaannya” menyelisihi perintah dan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam adalah sebab utama keburukan di dunia dan azab Neraka yang pedih di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah petunjuk Rasulullah takut akan ditimpa fitnah keburukan dan kesesatan atau ditimpa azab Neraka yang pedih” QS an-Nuur 63.Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits di atasSemangat mengikuti perintah Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam merupakan ciri iman yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan balasan kebaikan pada hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” QS al-Ahzaab21.Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menjelaskan makna ayat di atas berkata “Teladan yang baik pada diri Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam ini, yang akan mendapatkan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengikutinya hanyalah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan balasan kebaikan di hari akhir. Karena kesempurnaan iman, ketakutan pada Allah, serta pengharapan balasan kebaikan dan ketakutan akan siksaan Allah, inilah yang memotivasi seseorang untuk meneladani petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam” “menaati Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam” adalah mengikuti petunjuk beliau Shallallahu’alahi Wasallam, dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi semua larangan beliau Shallallahu’alahi Wasallam, serta membenarkan semua yang beliau Shallallahu’alahi Wasallam sampaikan. Sedangkan arti “durhaka kepada beliau Shallallahu’alahi Wasallam” adalah melanggar larangan atau tidak membenarkan berita yang beliau Shallallahu’alahi Wasallam yang durhaka kepada Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam berarti dia mengikuti hawa nafsunya dan menyimpang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang yang enggan masuk Surga dan akan masuk Neraka adalah orang kafir yang tidak mau mengikuti agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alahi Wasallam, atau orang muslim yang berbuat maksiat, selain syirik, karena dia terancam masuk Neraka meskipun tidak kekal di الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين***Kota Kendari, 23 Jumadal akhirah 1435 HPenulis Ust. Abdullah bin Taslim al-Buthoni, Lc., HSR al-Bukhari no. 6/2655, no. 6851.2 Tafsir Ibnu Katsir 1/477.3 Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” hal. 481.4 Lihat kitab “Faidhul Qadiir” 5/12.5 Ibid6 Ibid. Lulusan Fakultas Hadits, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Beliau adalah penulis aktif di majalah Pengusaha Muslim.
Bukhari >>>>===== Dari Hudzaifah bin al Yaman radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah mengenai kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau mengenai keburukan."-----Hudzaifah melanjutkan, "Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan yang Allah berikan kepada kita ini, akan muncul keburukan setelahnya seperti masa-masa sebelumnya?"-----Rasul menjawab, "Benar!"Hudzaifah bertanya lagi, "Lalu bagaimana caranya selamat dari hal tersebut
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan alam semesta tidaklah dengan sia sia atau tanpa hikmah di balik penciptaan tersebut yakni penciptaan dunia menurut islam. Akan tetapi Allah memiliki maksud dan tujuan yang mulia. Allah Ta’ala berfirman “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya keduanya tanpa hikmah” QS. Shaad 27Adapun hikmah dari penciptaan jin dan manusia di alam semesta ini adalah agar mereka beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan Nya atau melakukan amalan masuk surga tanpa dihisab. Allah Ta’ala berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah Ku”. QS. Al Dzariyat 56Inilah tujuan yang agung dari penciptaan jin dan manusia, yaitu agar mereka hanya beribadah kepada Allah agar terhindar dari jenis neraka dalam islam. Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah Allah menciptakan mereka karena Allah butuh kepada mereka, akan tetapi justru merekalah yang membutuhkan Allah. Dan ayat ini menunjukkan pula tentang wajibnya manusia dan jin untuk mentauhidkan Allah dan barang siapa mengingkarinya maka ia termasuk orang yang kafir, yang tidak ada balasan baginya kecuali itu Ibadah?Arti Ibadah secara bahasa adalah tunduk dan menghinakan diri serta khusyu’ agar masuk jenis surga dalam islam. Di dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith ibadah artinya ”tunduk kepada Tuhan yang menciptakan”. Imam Al Qurthuby berkata ”Asal ibadah ialah tunduk dan menghinakan diri”. Secara istilah arti ibadah adalahsebagaimana perkataan Ibnu Katsir “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan hal hal yang diperintahkan dan menjauhi hal hal yang dilarang”. Kemudian Ibnu Taimiyah berkata “Ibadah ialah sesuatu yang mencakup semua perkara yang dicintai dan diridhoi Allah berupa perkataan atau perbuatan yang nampak atau pun tidak nampak” serta melakukan keutamaan istiqomah dalam Hukum Ibadah?Hukum asal dari ibadah adalah haram kecuali ada dalil. Maksudnya adalah semua bentuk ibadah adalah haram untuk dikerjakan kecuali kalau ada dalil dari Al Qur’an Al Karim atau Hadits Shohih yang mewajibkannya atau mensunahkannya. Seperti sholat, puasa, zakat, haji adalah haram dikerjakan pada asalnya, namun dikarenakan ada dalil yang mewajibkannya maka hukumnya menjadi wajib untuk tentang wajibnya sholat dan zakat adalah firman Allah Ta’ala “Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat” QS. Al Baqoroh 83 Dalil tentang kewajiban puasa adalah firman Allah Ta’ala “Hai orang orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” QS. Al Baqoroh 183 Dalil tentang kewajiban haji adalah firman Allah Ta’ala Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. QS. Ali Imran 97 Kemudian sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata dan persaksian bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul –Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa romadhon dan pergi haji”. [ HR. Bukhari dan Muslim]Syarat Diterimanya Ibadah dalam IslamIbadah seorang hamba yang muslim akan diterima dan diberi pahala oleh Allah apabila telah memenuhi syarat utama berikut ini, yaitu IKHLASIkhlas merupakan salah satu makna dari syahadat bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah I’ yaitu agar menjadikan ibadah itu murni hanya ditujukan kepada Allah semata. Allah berfirman “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam menjalankan agama”. [QS. Al Bayyinah 5].“Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan mu untuk Nya.” [QS. Az Zumar 2] Kemudian Rasulullah r bersabda “Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridho Allah”. [HR. Abu Dawud dan Nasa’i]TIDAK SYIRIKLawan daripada ikhlas adalah syirik menjadikan bagi Allah tandingan/sekutu di dalam beribadah, atau beribadah kepada Allah tetapi juga kepada selain Nya. Contohnya riya’ memperlihatkan amalan pada orang lain, sum’ah memperdengarkan suatu amalan pada orang lain, ataupun ujub berbangga diri dengan amalannya. Kesemuanya itu adalah syirik yang harus dijauhi oleh seorang hamba agar ibadahnya itu diterima oleh Allah . Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syrik kecil”, para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, apa itu syirik kecil ? Rasulullah menjawab “Riya’”. [HR. Ahmad] Kemudian firman Allah tentang larangan syirik ialah, “Janganlah kamu mengadakan sekutu sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui”. [QS. Al Baqoroh 22]TAUBAT DARI DOSA DOSAOrang yang rajin beribadah kepada Allah namun dalam waktu yang bersamaan ia belum bertaubat dari perbuatan syirik dengan berbagai bentuknya, maka semua amal ibadah yang telah dikerjakannya menjadi terhapus dan ia menjadi orang yang merugi di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Ta’ala“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. [QS. Al An’aam 88] “Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi nabi yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang orang yang merugi”. [QS. Az Zumar 65]SESUAI TUNTUNAN SYARIATAl Ittiba’ Mengikuti Tuntunan Nabi Muhammad merupakan salah satu dari makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah, yaitu agar di dalam beribadah harus sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad . Setiap ibadah yang diadakan secara baru yangtidak pernah diajarkan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad maka ibadah itu tertolak, walaupun pelakunya tadi seorang muslim yang mukhlis niatnya ikhlas karena Allah dalam beribadah. Karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kita semua untuk senantiasa mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam segala hal, dengan firman Nya “Dan apa apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.[QS. Al Hasyr 7] Dan Allah Ta’ala berfirman “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. [QS. Al Ahzaab 21]Dan Rasulullah juga telah memperingatkan agar meninggalkan segala perkara ibadah yang tidak ada contoh atau tuntunannya dari beliau, sebagaimana sabda beliau “Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada urusannya dari kami maka amal itu tertolak”. [HR. Muslim]NIAT KARENA ALLAH“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [QS. Al Kahfi 110] Berkata Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat ini “Inilah landasan amal yang diterima dan diberi pahala oleh Allah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan benar / sesuai dengan syari’at Rasulullah .”Jadi syarat ini haruslah ada pada setiap amal ibadah yang kita kerjakan dan tidak boleh terpisahkan antara yang satu dan yang lainnya. Mengenai hal ini berkata Al Fudhoil bin Iyadh “Sesungguhnya andaikata suatu amalan itu dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad , maka amalan itu tidak diterima. Dan andaikata amalan itu dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan Nabi tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, hingga ia melakukannya dengan ikhlas dan benar. Ikhlas semata karena Allah, dan benar apabila sesuai dengan tuntunan Nabi ”.Maka barang siapa mengerjakan suatu amal dengan didasari ikhlas karena Allah semata dan cocok dengan tuntunan Rasulullah niscaya amal itu akan diterima dan diberi pahala oleh Allah. Akan tetapi kalau hilang salah satu dari dua syarat tersebut, maka amal ibadah itu akan tertolak dan tidak diterima oleh Allah I. Hal inilah yang sering luput dari perhatian orang banyak karena hanya memperhatikan satu sisi saja dan tidak memperdulikan yang lainnya. Oleh karena itu sering kita dengar mereka mengucapkan “yang penting niatnya, kalau niatnya baik maka amalnya akan baik”.TIDAK BID’AHJika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak di syari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tertolak. Contohnya ada orang melakukan sholat Tahajjud khusus pada malam 27 Rajab dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Isro Mi’rajnya Nabi Muhammad . Sholat Tahajjud adalah ibadah yang dianjurkan, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut yang tidak ada syari’atnya, maka ia menjadi bid’ DENGAN ATURANIbadah harus sesuai dengan syari’at dalam jenisnya. Contohnya bila seseorang menyembelih kuda atau ayam pada hari Iedul Adha untuk korban, maka hal ini tidak sah karena jenis yang boleh dijadikan untuk korban adalah unta, sapi dan JUMLAH YANG TEPATKalau ada orang yang menambahkan rokaat sholat yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka sholatnya itu adalah bid’ah dan tidak diterima oleh Allah. Jadi apabila ada orang yang sholat Dhuhur 5 rokaat atau sholat Shubuh 3 rokaat dengan sengaja maka sholatnya tidak diterima oleh Allah karena tidak sesuai dengan tuntunan Nabi TATA CARA YANG BENARSeandainya ada orang berwudhu dengan membasuh kaki terlebih dulu baru kemudian muka, maka wudhunya tidak sah karena tidak sesuai dengan tata cara yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Rasul Nya di dalam Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits Asy WAKTU YANG DIANJURKANApabila ada orang yang menyembelih korban sebelum sholat hari raya Idul Adha atau mengeluarkan zakat Fitri sesudah sholat hari raya Idul Fitri, atau melaksanakan shalat fardhu sebelum masuk atau sesudah keluar waktunya, maka penyembelihan hewan korban dan zakat Fitrinyaserta shalatnya tidak sah karena tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, yaitu menyembelih hewan korban dimulai sesudah shalat hari raya Idul Adha hingga sebelum matahari terbenam pada tanggal 13 Dzul Hijjah hari Tasyriq ketiga, dan mengeluarkan zakat Fitri sebelum dilaksanakannya sholat Idul TEMPAT YANG TELAH DITETAPKANApabila ada orang yang menunaikan ibadah haji di tempat selain Baitulah Masjidil Haram di Mekah, atau melakukan i’tikaf di tempat selain masjid seperti di pekuburan, gua, dll, maka tidak sah haji dan i’tikafnya. Sebab tempat untuk melaksanakan ibadah haji adalah di Masjidil Haram saja, dan ibadah i’tikaf tempatnya hanya di dalam yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.
Oleh Abdul Gaffar Ruskhan السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Apa kabar saudaraku? Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita kesehatan yang prima, meneguhkan keimanan kita, menjadikan kita sebagai umat Nabi Muhammad saw. yang taat dan setia kepadanya. Amin! Allah SWT berfirman, قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ. قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِين “Katakanlah, Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” Ali Imran 31–32 Seseorang baru dikatakan muslim apabila dia telah mengikrarkan dua kalimat syahadah Asyhadu anlaa ilaha illah waasyhadu anna muhammadan rasulullah. Dua kalimat itu memiliki konsekuensi bahwa ia mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasululullah. Pengakuan itu mewajibkan muslim untuk menaati Rasulullah saw. Ayat tersebut memerintahkan kita sebagai orang beriman untuk mengikuti Nabi Muhammad saw. sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah SWT. Hal itu menunjukkan bahwa kecintaan kepada Allah SWT mengandung konsekuensi membenarkan apa yang dibawa oleh Rasululah dan menaati perintahnya. Jika hal itu kita lakukan, Allah SWT akan mengasihi kita dan menghapus segala dosa kita. Selanjutnya, Allah SWT menegaskan kembali dengan perintah-Nya kepada kita untuk menaati Allah SWT dan Rasulullah saw. Jika ada di antara manusia yang berpaling dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah SWT begitu marah kepadanya karena Allah SWT yang menyukai orang-orang menentang Allh SWT dan Rasul-Nya. Siapa yang yang menaati Rasullullah pada hakikatnya menaati Allah SWT. Hal itu dijelaskan pada ayat yang lain, مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ “Siapa yang menaati Rasul sesungguhnya telah menaati Allah.” An-Nisaa 80 Ketaatan kepada Rasulullah akan berkaitan dengan keaatan terhadap risalah kerasulannya. Risalah kerasulannya menghadirkan agama yang hak yang didukung oleh wahyu Allah SWT berupa Al-Qur’an yang dijadikan sebagai pedoman hidup manusia. Ketaatan tidak akan bermakna jika tidak mengikuti segala yang diperintahkan oleh Rasulullah dan menghentikan apa yang dilarangnya. Sebetulnya, apa yang diperintahkan oleh Rasululah saw. merupakan perintah dari Allah SWT. Sebaliknya, apa yang dilarang oleh Rasulullah saw. hakikatnya merupakan larangan Allah SWT. Itulah makna ayat bahwa siapa yang menaati Rasulullah sungguh menaati Allah SWT. Pada ayat lain Allah SWT berfirman, وَ مَاۤ اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا “Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah.” QS Al-Hasyr 7 Perintah Rasulullah yang wajib dilaksanakan oleh muslim banyak sekali. Begitu pula yang dilarangnya juga banyak. Masing-masing berkaitan dengan hukum yang terkait dengan perintah dan larangan yang tidak dapat dipisahkan dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Dengan demikian, setiap muslim harus setia untuk mengikuti perintah dan menionggalkan larangan Rasulullah saw. Hal itu juga berarti bahwa muslim tidak boleh menjadikan pendapat atau pandangan kiyai, mazhab, kelompok, jemaah, aturan politik, adat, budaya, warisan nenek moyang, sebagai panutan dan diterima begitu saja tanpa melihat dalil kesesuaiannya dengan Al-Qur;an dan sunah Rasulullah saw. Seorang muslim tidak bisa dikatakan muslim yang sempurna jika dia belum melaksanakan ubudiah penghambaan diri hanya untuk Allah saja dan menjadikan Rasulullah sebagai orang yang diikuti. Siapa yang menisbatkan diri kepada salah satu mazhab, kelompok. atau jamaah tidak akan swempurna ucapannya syahadatnya Asyhadu anna Muhammad Rasulullah. Taklid terhadap suatu pendapat atau mazhab merupakan sikap yang justru bertentangan dengan ketaatan kepada Rasulullah. Bahkan, para imam fikih, yakni Imam Abu Hanifat, Imam Malik, Imam Syafii, dan Ibnu Hambal menegaskan tidak perlunya mengikuti pendapar mereka jika pendapat itu bertentangan dengan pendapat Rasulullaah saw. Imam Abu Hanifah berkata, ”Haram bagi seseorang mengemukakan pendapat kami sampai dia mengetahui dari mana kami mengambilnya.” Imam Malik sambil memberikan isyarat ke arah makam Rasulullah saw. berkata, ”Semua orang, perkataannya bisa diambil dan bisa ditolak, kecuali perkataan orang yang ada di dalam kuburan ini,” yaitu Rasulullah saw. Sementara itu, Imam Syafi’i berkata, ”Jika ada hadis sahih, itulah mazhabku.” Bahkan, pada suatu hari, datang kepadanya seseorang dan berkata, “Wahai Imam, Rasulullah saw. bersabda begini dan begini sambil menyebutkan hadis dalam masalah ini. Lalu, apa pendapatmu, wahai Imam?” Maka, Imam Syafi’i marah besar dan berkata, ”Apakah engkau melihat saya keluar dari gereja? Apakah engkau melihatku keluar dari tempat peribadatan orang Yahudi? Engkau menyampaikan sabda Rasulullah saw. Maka, aku tidak berkata apa pun, kecuali seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw.” Salah satu muridnya, Yunus bin Abil A’la ash-Shadafi dalam satu majelis pernah ditanya tentang satu masalah. Maka, dia menjawabnya dengan hadis Rasulullah saw. Lalu, ada yang bertanya, ”Apa pendapat Imam Syafi’i dalam masalah tersebut?” Beliau menjawab, ”Mazhab Imam Syafi’i ialah hadis Rasulullah saw. karena saya pernah mendengar beliau berkata, ”Jika ada hadis sahih, itulah mazhabku.” Begitu pula Imam Ahmad. Beliau adalah orang yang selalu mengikuti asar dan dalil serta tidak pernah berdalil, kecuali dengan dalil firman Allah SWT dan sabda Rasulullah saw. Hal itu merupakan kewajiban bagi seorang alim, mufti, dan orang yang meminta fatwa. Allah SWT memerintahkan orang-orang yang tidak memiliki ilmu agar bertanya kepada orang yang berilmu. Firman Allah SWT, فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ “Maka, tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” QS An-Nahl 43 Ayat itu harus berlanjut dengan berikutnya, yakni بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ “Dengan keterangan-keterangan dan kitab-kitab.” QS An-Nahl 44 Artinya, jika Anda tidak mengetahui, bertanyalah kepada orang yang mengetahui dengan disertai dalil, hujah, dan bukti. Itulah makna firman Allah SWT tersebut. Perdapat ulama dan mazhab yang diambil secara membabi buta dengan menyalahkan pendapat yang lain merupakan sikap yang tidak diinginkan oleh para imam mazhab karena hal itu bertentangan dengan semangat ketaatan terhadap Rasulullah saw. Namun, jika ada pembenaran dari Rasulullah tentang perbedaan pendapat merupakan rahmat dalam konteks tidak akan mengarah pada perpecahan dan merusak tatanan persatuan umat, hal itu dimungkinkan. Namun, tetap menghargai perbedaaan itu dalam kerangka kebersamaan dan persatuan umat. Oleh karena, jika pendapat yang berbeda dalam konteks ijtihad dapat dipandang sebagai rahmat. Rasulullah saw. bersabda, اختلاف أمتي رحمة “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat.” HR Baihaqi Sementara itu, sikap perbedaan pendapat yang mengarah kepada perpecahan umat harus dihindari karena bertentangan dengan firman Allah SWT, أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ “Tegakkanlah agama dan jangan kalian berpecah belah tentangnya.” QS Asy-Syura 13 Rasululah saw. sudah mengingatkan kepada sahabat bahwa suatu saat nanti akan ada orang yang mengingkari sunah. Kekhawatiran itu disebabkan akan ada yang mengatakan bahwa yang diterima adalah Kitabullah, sedangan sunah Rasulullah tidak diperlukan. “Aku akan mendapati salah satu dari kalian bersandar di atas kursinya sambil berkata, “Di hadapan kita ada Kitab Allah. Jika kita mendapatkan sesuatu yang halal di dalamnya, kita akan halalkan dan jika kami menemukan sesuatu yang haram, kami haramkan.’ Ketauhilah bahwa aku telah diberi sesuatu yang sama dengan Al-Qur’an.” HR Abu Daud dan Tirmidzi Hadis itu mengandung pengertian bahwa akan ada umat Nabi Muhamad saw. yang hanya akan menerima Al-Qur;an yang berbicara tentang halan dan haram. Sementara itu, sunah Rasulullah diabaikan , bahkan ditolak sama sekali. Hal itu akan terjadi menurut Rasulullah. Bahkan, saat ini sudah ada yang mengingkari sunah Rasulullah saw. dan hanya menerima Al-Qur’an sebagai sumber hukum dan dalil untuk menetapkan hukum. Para sahabat Rasulullah sangat memperhatikan sunah Rasul. Mereka merasa ada yang luput dari amalnya kalau ada sunah Rasulullah saw. yang belum dilaksanakannya. Itibak mengikuti contoh Rasululah menjadi hal yang menjadikan amalnya sempurna bagi mereka. Bahkan, suatu amal yang tidak ada contohnya dari Nabi saw. menjadi tidak bermakna dan ditolak. Abu Bakar ash-Shiddiq merasa akan takut tersesat jika tidak mengikuti amal yang dicontohkan Rasulullah saw. Dia berkata, “Aku tidak akan meninggalkan sesuatu pun dari amal yang diamalkan oleh Rasulullah saw., kecuali aku amalkan karena aku khawatir bila aku meninggalkan sesuatu dari sunahnya aku akan tersesat.” HR Bukhari No. 3093 Allah SWT berfirman, فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ٦٣ “Maka. hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” QS. An-Nuur 63 Dalam suatu hadis Rasulullah saw. bersabda, “Kehinaan dan kerendahan ditimpakan kepada orang-orang yang menyalahi sunahku.” HR Ahmad, II/50 dan 92 Ada tiga kelompok orang yang menyalahi atau menentang Rasulullah itu. Pertama, ada yang tidak meyakini kewajiban untuk menaati perintah Nabi saw. Hal itu, misalnya, segala penentangan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingkar dan ahli kitab. Mereka akan berada dalam kehinaan dan kerendahan karena kekufuran mereka kepada Rasul. Kedua, ada yang meyakini kewajiban untuk taat kepada Rasulullah saw., tetapi menentang Rasul dengan melakukan kemaksiatan. Orang seperti ini mendapatkan bagian dari kehinaan dan kerendahan. Jadi, orang-orang jenis kedua ini menentang Rasul karena dorongan syahwat. Ketiga, ada yang menentang perintah Rasul karena dorongan syubhat. Mereka adalah para pengekor hawa nafsu ahlul ahwa’ dan ahli bidah. Mereka akan mendapat kehinaan, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan, di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka. Allah SWT berfirman, إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ “Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu sebagai sembahannya, kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.” QS Al-A’raf 152 Menaati Rasulullah dalam beramal disebut dengan itibak ittiba’. Itibak itu penting agar ibadah yang kita lakukan dan amal saleh yang kita kerjakan itu bernilai di sisi Allah SWT. Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh jika kita itibak Nabi saw. dalam beribadah dan beramal. Pertama, dengan itibak kita akan mendapatkan balasan surga. Nabi saw. bersabda, مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى “Siapa taat kepdaku yang niscaya ia akan masuk surga dan siapa yang bermaksiat kepadaku enggan untuk masuk surga. [HR Bukhari No. 6851 dari Abu Hurairah Kedua, dengan itibak kita akan memperoleh keberuntungan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an itulah orang-orang yang beruntung.” QS Al-A’raf157 Ketiga, dengan itibak kita akan memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. QS An-Nahl 97 Ayat itu mengandung pengertian bahwa kebaikan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dijanjikan oleh Allah kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat kelak. Syaratnya mereka harus beramal mengikuti Al-Qur’an dan sunah Rasul-Nya dalam keadaan hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Baca Tafsir Ibnu Kasir, II/538 Akhirnya, kita sebagai umat Nabi Muhammad dituntut untuk selalu taat kepadanya karena menaatinya berarti kita menaati Allah SWT. Ketaatan itu merupakan kecintaan kita kepada Rasulullah saw. dan Allah SWT. Kiat berharap menjadi hamba yang setia mengikuti sunahnya. Amin! Wallahul-muwafiq ila aqwamit-tariaq. والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Tangerang, 30 Juni 2020
Meneladani Rasulullah SAW. Oleh Ratna Ajeng Tejomukti Mulyadi berbagi tiga kunci meneladani Rasul. Yaitu, keikhlasan beribadah, kesungguhan, dan kesesuaian dengan sunah. Ibadah yang dilakukan pun harus seimbang tidak hanya berhubungan dengan Allah SWT, tetapi juga dengan sesama manusia. "Ibadah Rasul bukan ibadah yang antisosial," kata dia. Selain itu, kata dia, agar sosok Rasul dapat hidup dalam kehidupan sehari-hari, jadikan figur Rasul sebagai idola dan teladan. Perbanyak menelaah sirah Rasulullah, baik lewat berbagai referensi buku maupun mendatangi majelis Majelis Taklim an-Nurmaniyah Kebon Jeruk Jakarta Barat, Ustazah Nurma Nugraha, menyatakan, kepribadian Nabi patut dipuji. Bahkan, Allah SWT pun memuji akhlak yang dimiliki oleh Nurma, umat non-Muslim pun menggagumi teladan Rasulullah meskipun tidak memeluk agama Islam. Ibadah yang dilakukan Rasulullah luar biasa ketika menjalankan shalat. "Kakinya sampai bengkak," kata surga bukan hanya gratis ditujukan pada Rasulullah SAW. Dengan empat sifat yang dimiliki oleh Rasulullah, dapat diteladani dengan baik. Nurma pun mencontohkan ketika Anas bin Malik selalu berbuat baik pada Rasul. Rasul bertanya padanya apa yang diharapkan dari perbuatan baik menjawab, ingin bersama Rasul di dalam surga. Maka, rasul memerintahkan agar memperbanyak sujud pada Allah SWT. Untuk dapat meneladani rasul, Nurma mengatakan latihan terus-menerus dengan segala teladan yang diajarkan Rasul. "Kita harus dapat belajar dengan alim ulama dan mempelajari tuntunan Rasul dari mereka,” mengikuti tuntunan Rasul, berpengaruh pada moral dan ekonomi yang lebih baik. Mereka tidak hanya fokus mengejar harta benda, bahkan mengumbar nafsu syahwat saja.Merekapercaya jika orang-orang seperti itu adalah sasaran penyelamatan Tuhan, maka langit dan bumi akan jungkir balik dan semua orang akan tertawa terbahak-bahak. Mereka percaya jika Tuhan memilih orang-orang yang sedemikian tidak ada apa-apanya untuk disempurnakan, berarti orang-orang hebat itu akan menjadi Tuhan itu sendiri. Bismillah. Segala puji hanya bagi Allah, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan Ta’ala berfirmanيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan pahala amal-amalmu” Qs. Muhammad 33.Ia juga berfirmanوَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَإِنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang” Qs. At Taghabun 12.Allah Ta’ala juga berfirmanفَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Qur’an dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” QS. An Nisa 59.Ayat-ayat ini menegaskan wajibnya kita sebagai hamba Allah untuk mengikuti dalil, yaitu firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan “Allah Ta’ala memerintahkan kaum mu’minin dengan suatu perkara yang membuat iman menjadi sempurna, dan bisa mewujudkan kebahagiaan bagi mereka di dunia dan akhirat, yaitu menaati Allah dan menaati Rasul-Nya dalam perkara-perkara pokok agama maupun dalam perkara cabangnya. Taat artinya menjalankan setiap apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang sesuai dengan tuntunannya dengan penuh keikhlasan dan pengikutan yang sempurna” Taisir Karimirrahman, 789.Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan, “sudah menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk mengikuti firman Allah Ta’ala dan sabda Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, dan mengiktuti para Khulafa Ar Rasyidin yaitu para sahabat sepeninggal beliau, dan juga mengikuti para tabi’in yang mengikuti mereka dengan ihsan” Fathu Rabbil Bariyyah, 7.Karena itulah Allah Ta’ala mengutus Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, dengan membawa petunjuk dari Allah. Dan Allah telah mewajibkan seluruh manusia untuk beriman kepada beliau, secara lahir dan batin. Allah Ta’ala berfirmanقُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ“Katakanlah wahai Muhammad “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya kitab-kitab-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk“” QS. Al A’raf 158.Maka barangsiapa yang tidak mau taat kepada dalil, seolah ia tidak beriman bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam adalah utusan Allah dan seolah ia tidak mengimani bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah petunjuk dari Allah Ta’ Shallallahu alaihi Wasallam juga bersabdaعليكم بسنتي وسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِييْنَ مِنْ بَعْدِي ، تَمَسَّكُوا بها، وعَضُّوا عليها بالنَّوَاجِذِ ،وإيَّاكُم ومُحْدَثَاتِ الأمورِ؛ فإِنَّ كلَّ بدعةٍ ضلالةٌ“Wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin sepeninggalku. Peganglah ia erat-erat, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara agama yang diada-adakan karena setiap bid’ah adalah kesesatan” HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata “hadits ini hasan shahih”.Maka wajib bagi setiap hamba untuk taat dan patuh kepada sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang shahihah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Sunnah ini, jika shahih, maka semua kaum Muslimin bersepakat bahwa wajib untuk mengikutinya” Majmu’ Al Fatawa, 19/85, dinukil dari Ushul Fiqh inda Ahlisunnah 120.Seorang hamba yang enggan untuk taat kepada sabda Rasul-Nya juga terancam untuk ditimpa fitnah keburukan dan adzab yang pedih. Allah Ta’ala berfirmanفَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ“maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” QS. An Nuur 63.Wahai hamba Allah! Takutlah engkau akan fitnah dan adzab Allah, tundukkanlah jiwamu untuk patuh dan taat kepada Allah dan tidak halal bagi seorang Mukmin, ketika disampaikan kepadanya firman Allah dan sabda Rasul-Nya, ia memiliki pilihan yang lain yang bukan berasal dari keduanya. Allah Ta’ala berfirmanوَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” Qs. Al Ahzab 36.Bahkan andaikan pilihan yang lain tersebut berasal dari para ulama, tidak halal diambil ketika berhadapan dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga berkataأجمع الناس على أن من استبانت له سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يكن له أن يدعها لقول أحد من الناس“Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat siapapun” Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al I’lam 2/361. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 28 .Wahai hamba Allah, ikutilah dalil, taatilah firman Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan apa yang dipahami para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka. Niscaya anda berada dalam petunjuk yang benar. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirmanقُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا“Katakanlah Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk…” QS. An Nuur 54.Wabillahit taufiq was sadaad.—Penulis Yulian PurnamaArtikel Laluia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Edisi 1639 muslim yang mengaku mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, semestinya dia selalu berusaha untuk meneladani sunnah beliau dalam yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam akan mendapatkan dua keutamaan pahala sekaligus, yaitu keutamaan mengamalkan sunnah itu sendiri dan keutamaan menghidupkannya di tengah-tengah manusia yang telah ulama Ahlus sunnah adalah sebaik-baik teladan dalam semangat mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampai dalam masalah yang semangat mengejar keutamaan dan meraih pahala dari Allah Ta’ala, tentu kita tidak membeda-bedakan antara amalan yang wajib dengan amalan yang bersifat anjuran, dan berusaha untuk mengerjakankan semua amalan yang dicintai oleh Allah Ta’ala melalui petunjuk Nabi-Nya. “Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah sunnah/petunjukku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Ali Imran31 Seorang muslim yang mengaku mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, semestinya dia selalu berusaha untuk meneladani sunnah beliau dalam kehidupannya, terlebih lagi jika dia mengaku sebagai ahlus sunnah. Karena konsekwensi utama seorang yang mengaku mencintai beliau shallallahu alaihi wa sallam adalah selalu berusaha mengikuti semua petunjuk dan perbuatan beliau shallallahu alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,“Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah sunnah/petunjukku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Ali Imran31. Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Ayat yang mulia ini merupakan hakim pemutus perkara bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka dia adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti syariat dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaannya” Tafsir Ibnu Katsir 1/477. Kedudukan dan Keutamaan Sunnah Rasulullah dalam Islam Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang berarti segala sesuatu yang bersumber dari Beliau, baik ucapan, perbuatan maupun penetapan beliau. Semua hal tersebut memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam, karena Allah Ta’ala sendiri yang memuji semua perbuatan dan tingkah laku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak/tingkah laku yang agung” al-Qalam4. Ayat yang mulia ini ditafsirkan langsung oleh istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ummul mu’minin Aisyah radhiyallahu anha, ketika beliau ditanya tentang ahlak tingkah laku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau menjawab, “Sungguh akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah al-Qur’an“ Muslim. Demikian pula dalam firman-Nya Ta’ala, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan balasan kebaikan pada hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” al-Ahzaab21. Ayat yang mulia ini menunjukkan kemuliaan dan keutamaan besar mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, karena Allah sendiri yang menamakan semua perbuatan Rasulullah sebagai “teladan yang baik”, yang ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasulullah berarti dia telah menempuh ash-shirathal mustaqim jalan yang lurus yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah Ta’ala Tafsir As-Sa’di 481. Karena agung dan mulianya kedudukan sunnah inilah, sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan anjuran khusus bagi orang yang selalu berusaha mengamalkan sunnah beliau, terlebih lagi sunnah yang telah ditinggalkan kebanyakan orang. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“ Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Albani. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam akan mendapatkan dua keutamaan pahala sekaligus, yaitu keutamaan mengamalkan sunnah itu sendiri dan keutamaan menghidupkannya di tengah-tengah manusia yang telah melupakannya. Semangat Para Ulama Ahlus Sunnah dalam Meneladani Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam Para ulama Ahlus sunnah adalah sebaik-baik teladan dalam semangat mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampai dalam masalah yang sekecil-kecilnya, dan karena inilah Allah Ta’ala memuliakan mereka. Sampai-sampai imam Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri dalam ucapannya yang terkenal pernah berkata, “Kalau kamu mampu untuk tidak menggaruk kepalamu kecuali dengan mencontoh sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka lakukanlah!” Dinukil oleh imam al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab “al-Jaami’ li akhlaaqir raawi” 1/216. Demikian pula ucapan imam Amr bin Qais al-Mula’i beliau adalah imam yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah, “Kalau sampai kepadamu suatu kebaikan dari sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka amalkanlah, meskipun hanya sekali, supaya kamu termasuk orang-orang yang mengerjakannya” Al-Jaami’ li akhlaaqir raaw 1/219. Bahkan semangat dalam mengamalkan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam inilah yang menjadi ukuran kebaikan seorang muslim menurut para ulama tersebut. Oleh karena itulah, para ulama Ahlus sunnah sangat mengagungkan dan memuji orang yang semangat menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan pujian yang setinggi-tingginya. Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Tidaklah aku menulis sebuah hadits dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam kecuali aku telah mengamalkannya, sehingga ketika sampai kepadaku hadist Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau shallallahu alaihi wa sallam pernah berbekam dan memberikan upah satu dinar kepada Abu Thaibah tukang bekam, maka ketika aku berbekam aku memberikan upah satu dirham kepada tukang bekam” Al-Jaami’ li akhlaaqir raawi 1/220. Ini semua karena mereka memahami dengan yakin bahwa orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling banyak mengamalkan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam dirinya. Hal ini disebabkan karena pada masing-masing petunjuk yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada satu bagian dari kebaikan, yang ini berarti semakin banyak seseorang menghimpun kebaikan tersebut dalam dirinya, maka semakin sempurna pula keimanannya Al-Fawa-id 121. Inilah yang diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala, “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi kemaslahatan/kebaikan hidup bagimu” al-Anfaal24. Peringatan dan Nasehat Penting Jika kita membandingkan sikap para ulama Ahlus sunnah di atas dengan sikap sebagian dari orang-orang muslim zaman sekarang, maka kita akan mendapati perbedaan yang sangat jauh sekali. Karena orang-orang muslim zaman sekarang hanya mau mengikuti sunnah dan petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hal-hal yang wajib saja. Adapun anjuran dan adab-adab beliau lainnya, maka mereka sama sekali tidak semangat meneladaninya. Bahkan sebagian dari mereka, jika dihimbau untuk melaksanakan satu sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ada yang berkata, “Itu kan hanya Sunnah,Kalau hanya anjuran kan tidak berdosa jika ditinggalkan…”. Dalam semangat mengejar keutamaan dan meraih pahala dari Allah Ta’ala, tentu kita tidak membeda-bedakan antara amalan yang wajib dengan amalan yang bersifat anjuran, dan berusaha untuk mengerjakankan semua amalan yang dicintai oleh Allah Ta’ala melalui petunjuk Nabi-Nya. Imam al-Qurthubi berkata, “Barangsiapa yang terus-menerus meninggalkan sunnah-sunnah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka ini menunjukkan kekurangan kelemahan/celaan dalam agamnya. Apalagi kalau dia meninggalkan sunnah-sunnah tersebut karena meremehkan dan tidak menyukainya, maka ini kefasikan rusaknya iman, karena adanya ancaman dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang membenci sunnah/petunjukku maka dia bukan termasuk golonganku“ Bukhari. Dulunya para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti petunjuk mereka tidak membeda-bedakan kedua jenis amalan tersebut dalam semangat meraih pahala dan keutamaannya. Dan tujuan para ulama ahli fikih dalam membedakan kedua jenis amalan tersebut dalam masalah hukum karena berhubungan dengan konsekwensi yang harus dilakukan, berupa wajibnya mengulangi perbuatan tersebut atau tidak, dan wajib atau tidaknya memberikan hukuman karena meninggalkannya” Fathul Baari” 3/265. Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk selalu berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampai di akhir hayat kita, aamiin. Penulis Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MAMurajaah Ustadz Abu Salman, BA AWva.